LATAR BELAKANG

Allah SWT mengajarkan bahwa kehidupan dunia ini adalah sebuah ujian sedangkan tujuan akhir adalah kampung akhirat. Manusia yang melaluinya seyogyanya seperti musafir yang tidak terpesona dan terjebak dalam kehidupan dunia namun kebanyakan manusia terperangkap pada cinta dunia dan melupakan tujuan akhir perjalanan, untuk memenangkan akhirat.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
 (QS Al Kahfi 18:7)

Pada saat ini, manusia sedang berada di ujung masa akhir zaman. Sebagaimana sabda nabi bahwa pada saat akhir zaman fitnah dan cobaan untuk memalingkan manusia dari Allah semakin besar. Diantaranya adalah fitnah penderitaan bersifat fisik dan fitnah bahaya non fisik (dhuhaimah), yaitu pemikiran sesat kearah kemusyrikan.
Untuk menghadapi cobaan yg bersifat fisik perlu dipersiapkan generasi yang kuat, memiliki kemampuan pertahanan diri, terampil, dan mampu hidup mandiri memanfaatkan karunia alam yang ada. Fitnah pemikiran dan gaya hidup yang menjauhkan dari visi akhirat sudah dapat dirasakan dengan  banjirnya digital informasi  yang memiliki sisi negatif yaitu hiburan dan permainan yang menenggelamkan generasi muda kekedalaman dunia maya yang membuat jauh dari Allah dan  tujuan kehidupan yang sebenarnya. Untuk menghadapi munculnya banyak aliran dan pandangan hidup yang membawa diperlukan generasi muda yang memiliki kemurnian dan kepekaan tauhid yang aktual dalam keseharian gaya hidup. Karena kemusyrikan itu sedemikian halus sehingga tidak terlihat dan terasa, seperti tidak nampaknya semut hitam diatas batu hitam di malam hari demikian sabda nabi SAW.
Karena itu untuk mempersiapkan dan menyelamatkan generasi muda Islam kita bersama sama harus bersungguh sungguh mempersiapkan model pendidikan akhir zaman yang dapat menjadi bekal dan benteng  bagi generasi mendatang yang siap  untuk berjuang dan berjihad menjadi khalifah di bumi untuk memenangkan kehidupan akhirat. Al Quran sudah mengajarkan bahwa pengembangan manusia (tarbiyah) adalah pokok dari misi kerasulan, sebagaimana yang Allah swt firmankan dalam QS. Al Jumu’ah ayat 2.

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”,
( QS. Al Jumuah 62:2)

Inti konsep pendidikan tersebut berupa; menyampaikan ayat Allah, mensucikan jiwa manusia, dan mengajarkan al kitab dan hikmah agar dapat membaca ayat Allah di dalam Al Quran maupun di Alam semesta. Pada prakteknya dengan tarbiyah, Rasululllah Muhammad SAW telah menjadi tauladan dan sosok guru terbaik yang pernah diturunkan, berhasil mengubah sebuah kaum penggembala di jazirah Arab menjadi umat terbaik yang  menjadi soko guru peradaban hingga beberapa belas abad kemudian.

Kualitas Sumber Daya Manusia sebagai kunci kemajuan atau kemunduran suatu bangsa adalah sunatullah yang berlaku untuk seluruh umat manusia. Betapa banyak bangsa yang dikaruniai Sumber daya alam melimpah ternyata negaranya tertinggal disebabkan rendahnya kualitas SDM, dan juga sebaliknya.

Sungguh ironis dengan kebesaran sejarah serta kebenaran Al Quran yang menyertainya, umat Islam di abad ke-21 justru termasuk ke dalam kelompok yang rendah kualitas SDM-nya jika diukur dengan standar universal seperti Human Development Index, atau skor PISA yang mengukur kualitas pendidikan. Lebih memprihatinkan lagi jika kondisi umat ini dinilai dari seberapa baik kaum muslimin memahami dan mengamalkan ajarannya. Betapa Al Quran sudah menjadi bacaan yang jarang terdengar, Rasul saw dan para sahabatnya menjadi sosok yang asing di sebagian rumah-rumah kaum muslimin.

Statistik yang menunjukan banyaknya jumlah umat Islam, nomor dua terbanyak di dunia dengan jumlah 1,2 miliar pemeluk, berbanding terbalik dengan peran dan pengaruh umat Islam dalam kehidupan dan percaturan dunia saat ini. Barangkali ini tanda dari nubuwat tentang nasib umat Islam yang menjadi seperti buih, banyak jumlahnya tapi tidak terasa peran dan manfaatnya, karena terjangkit penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati).

Terlebih, hari ini kita melihat banyaknya tanda-tanda akhir zaman nampak dalam berbagai bentuk dan peristiwa, baik berupa tanda alam, huru-hara, maupun fitnah yang terjadi. Hal ini menjadi cambuk yang sangat keras bagi kaum muslimin yang ingin melindungi iman dan keselamatannya di dunia dan akhirat, untuk berbenah dan mempersiapkan diri dengan serius. Oleh karena itu, menyiapkan generasi penerus kaum muslimin yang beriman dan berdaya bukan hanya penting, tetapi juga sangat-sangat mendesak. Agar di negeri ini lahir lebih banyak ulama dan cendekiawan penerus para nabi, orang-orang kuat yang saleh, serta kelak menjadi khalifah yang memakmurkan bumi dan menjadi bagian dari pasukan Imam Mahdi yang akan memerangi Masih Ad-Dajjal, yang menjadi awal dari kejayaan kembali umat Islam sebelum datangnya hari kiamat sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Rasulullah saw.

Sudah banyak pesantren dan lembaga pendidikan Islam yang berdiri di Indonesia, tetapi rasanya belum cukup mengimbangi derasnya arus perusakan umat dari berbagai bidang yang membuat umat Islam di Indonesia seperti pohon yang tercerabut dari akarnya. Dengan demikian kehadiran lembaga pendidikan Islam/ pesantren baru akan selalu relevan, yang diperkuat dengan kekhasan/ keunggulan masing-masing yang ditawarkan.


Terlebih lagi Indonesia di masa mendatang akan mendapatkan bonus demografi, tenaga usia muda produktif yang melimpah karena itu perlu dipersiapkan kualitasnya salah satunya melalui pendidikan  boarding school pesantren  yang unggul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar